Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) Kembali Merebak, Pemkab Kediri Terjunkan Tim Kesehatan Ambil Langkah Penanganannya
RADIOONAIRFMPARE.COM||KEDIRI - Kembalinya mewabah virus penyakit kuku dan mulut (PMK) pada hewan ternak menjadi pusat perhatian Pemerintah Kabupaten Kediri, terutama di kalangan para peternak.
Menyikapi maraknya peredaran wabah ini, langkah awal yang diambil oleh Pemkab Kediri melalui dinas ketahanan pangan dan peternakan, segera melakukan sosialisasi kepada masyarakat peternak dan pasar hewan.
Bahkan, mereka juga hingga turun ke lapangan untuk melakukan vaksinasi hewan terdampak juga mengantisipasi lebih lanjut penyebarannya.
Kali ini menyasar pasar hewan Desa Tertek, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri. Tim kesehatan dipimpin oleh Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP), Tutik Purwaningsih melakukan penyemprotan disinfektan sekaligus pembagian vitamin yang berfungsi untuk peningkatan daya tahan tubuh hewan kepada para peternak.
"Hari ini merupakan rangkaian pengendalian, pengawasan dan monitoring kasus PMK di Kabupaten Kediri di pasar hewan Tertek Pare. Ini juga menjadi bahan evaluasi mengenai kelanjutan beroperasinya pasar hewan di Pare," katanya, Selasa (07/01/2025).
Sebelumnya, DKPP Kabupaten Kediri juga telah melakukan monitoring beberapa pasar hewan di Kabupaten Kediri, mengingat kasus PMK mulai dari Desember kemarin hingga Januari saat ini ada kenaikan 147 kasus.
"Itu di mulai pada tanggal Selasa (06/01) kemarin, untuk saat ini sudah berada di angka 369 kasus," ungkap Tutik.
Saat melakukan monitoring di pasar hewan Tertek, pihaknya menemukan 3 ekor sapi tengah mengalami gejala positif PMK di tempat. Menanggapi hal seperti itu, dari 3 ekor sapi yang terpampang virus segera ditindaklanjuti.
"Ada yang dipotong paksa, di keluarkan dari pasar, dan yang satunya lagi oleh pemilik akan segera di sembelih di RPH luar Kediri," ungkapnya.
Pihaknya juga telah menegaskan kepada para penjagal untuk melakukan penyembelihan hewan di RPH yang telah ditetapkan. Ia tidak memberikan toleransi sedikitpun penyembelihan hewan ternak diluar RPH.
"Ini demi kebaikan bersama untuk menjaga sertifikasi halalnya daging tersebut," ujarnya.
Dirinya mengimbau para peternak dan pedagang untuk menjaga kebersihan kandang, memastikan pakan yang diberikan berkualitas, serta segera melaporkan jika ada ternak yang menunjukkan gejala PMK.
"Keselamatan ternak dan kesehatan masyarakat menjadi prioritas kami. Langkah apapun yang diambil akan mempertimbangkan aspek tersebut," tandas Tutik.
Sementara itu, melalui salah satu penjual hewan ternak asal Desa Satak, Kecamatan Puncu mengungkap, selama kembali merebaknya wabah virus PMK harga penjualan sapi di tiap harinya menjadi turun.
"Turunnya sekitaran Rp 2-5 juta rupiah, untuk penjualannya kalau normal bisa sampai 3 ekor, tapi saat ini terjual 1 ekor itu sudah bagus di pasar ini," jelas M Sholikin (41).
Lebih parahnya, sapi jenis metal dengan bobot mencapai 6½ kwintal yang dibawa ke pasar sapi untuk di jual itu di tawar pelanggan dengan harga hingga Rp 25 Juta, tak sebanding dengan harga sebelum maraknya virus PMK.
"Kalau normal sapi ini harganya Rp 33 Juta mas, kalau sekarang di tawar Rp 25 Juta saya rugi Rp 8 Juta dong," keluhnya.
Mengaku selama berprofesi menjadi peternak sapi, Sholikin selalu menjaga kebersihan kandang, pemberian vitamin secara rutin, serta menjaga pola makan ternaknya. Ia berharap wabah PMK ini bisa segera tuntas, mengingat dampak yang dialami peternak lainnya cukup meresahkan.(ONAIR/AK)
Post a Comment